Oleh: maulanafahmy | November 29, 2008

Check out my Slide Show!

Oleh: maulanafahmy | November 29, 2008

Energi Tenaga Surya

Jika kita melihat tingkat konsumsi energi di seluruh dunia saat ini, penggunaan energi diprediksikan akan meningkat sebesar 70 persen antara tahun 2000 sampai 2030. Sumber energi yang berasal dari fosil, yang saat ini menyumbang 87,7 persen dari total kebutuhan energi dunia diperkirakan akan mengalami penurunan disebabkan tidak lagi ditemukannya sumber cadangan baru.

Cadangan sumber energi yang berasal dari fosil diseluruh dunia diperkirakan hanya sampai 40 tahun untuk minyak bumi, 60 tahun untuk gas alam, dan 200 tahun untuk batu bara. Kondisi keterbatasan sumber energi di tengah semakin meningkatnya kebutuhan energi dunia dari tahun ketahun (pertumbuhan konsumsi energi tahun 2004 saja sebesar 4,3 persen), serta tuntutan untuk melindungi bumi dari pemanasan global dan polusi lingkungan membuat tuntutan untuk segera mewujudkan teknologi baru bagi sumber energi yang terbaharukan.

Di antara sumber energi terbaharukan yang saat ini banyak dikembangkan [seperti turbin angin, tenaga air (hydro power), energi gelombang air laut, tenaga surya, tenaga panas bumi, tenaga hidrogen, dan bio-energi], tenaga surya atau solar sel merupakan salah satu sumber yang cukup menjanjikan.

Energi yang dikeluarkan oleh sinar matahari sebenarnya hanya diterima oleh permukaan bumi sebesar 69 persen dari total energi pancaran matahari. Suplai energi surya dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi sangat luar biasa besarnya yaitu mencapai 3 x 1024 joule pertahun, energi ini setara dengan 2 x 1017 Watt. Jumlah energi sebesar itu setara dengan 10.000 kali konsumsi energi di seluruh dunia saat ini. Dengan kata lain, dengan menutup 0,1 persen saja permukaan bumi dengan divais solar sel yang memiliki efisiensi 10 persen sudah mampu untuk menutupi kebutuhan energi di seluruh dunia saat ini. Baca Selengkapnya..

Oleh: maulanafahmy | November 28, 2008

Check out my Guestbook!

[slideguest id=2810246167497992461&w=400&h=300]

Oleh: maulanafahmy | November 6, 2008

Rabu, 5 November 2008 | 14:11 WIB

Rabu, 5 November 2008 | 14:11 WIB

DENPASAR, KOMPAS — Menjelang eksekusi tiga terpidana mati bom Bali, Amrozi, Ali Gufron, dan Imam Samudra, hotel-hotel di Pulau Dewata meningkatkan kewaspadaan menyangkut keamanan dan kenyamanan tamu-tamu.

Selain perhotelan dan kawasan wisata, Kepolisian Daerah Bali juga memperketat keamanan di sekitar pintu-pintu masuk Pulau Dewata. Penjagaan itu berada antara lain di Pelabuhan Gilimanuk, Pelabuhan Padang Bai, dan Bandara Internasional Ngurah Rai.  

“Kami hanya melakukan penjagaan keamanan yang tidak mencolok karena menyangkut kenyamanan tamu. Kami hanya melakukan pemeriksaan, terutama pada barang-barang bawaan tamu atau siapa pun yang keluar-masuk kawasan hotel,” kata Sekretaris Jenderal Perhimpungan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Perry Markus.  

Ia menambahkan, siapa pun yang keluar-masuk kawasan hotel dicatat dan diawasi. Namun, ia mengimbau agar tetep menjaga privasi tamu dan tidak terlalu mencolok sehingga mengganggu kenyamanan siapa pun yang tinggal di hotel tersebut.  

Hal senada juga dikatakan Ketua Bali Tourism Board (BTB) Ida Bagus Ngurah Wijaya. Ia membenarkan, adanya pengetatan pengawasan, tetapi tidak ada penambahan personel keamanan ataupun penjagaan ketat dari polisi.  

Selain itu, rencana eksekusi para terpidana tidak mempengaruhi kedatangan wisatawan ke Pulau Dewata meski ada imbauan tidak berkunjung ke Indonesia dari Pemerintah Australia. Hingga kemarin hunian hotel masih stabil sekitar 40 persen per harinya dari sebanyak 45.000 kamar hotel di Bali yang sebagian besar di Badung dan Denpasar.  

Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali selama periode Januari-September 2008 tercatat 1.479.079 orang melalui Bandara Ngurah Rai. Jumlah tersebut naik dibandingkan dengan kunjungan wisatawan asing pada periode yang sama tahun lalu sebanyak 1.229.739 orang. Jepang menduduki peringkat pertama kunjungan ke Bali dan disusul Australia dan Taiwan.

Oleh: maulanafahmy | Oktober 29, 2008

Krisis Ekonomi Amerika

Telah kita ketahui saat ini Amerika Serikat sedang berada di ambang kehancuran financial sebagai imbas dari krisis ekonomi. Trauma akan krisis ekonomi di tahun 1929 yang sering disebut Great Depression kembali menghantui. Pada saat itu dampak krisis itu menasional bagi rakyat Amerika Serikat, seperti kesulitan keuangan karena lapangan pekerjaan sedikit hingga kelaparan.

Seperti mengulang kejadian Great Depression, dimana saat ini banyak saham-saham yang menjadi maskot Wall Street berguguran. Apalagi perusahaan sekelas Lehman brothers dan Washington Mutual menyatakan kebangkrutan. Belum lagi raksasa Asuransi AIG, sahamnya turun hingga 50 persen.

Efek dari krisis ekonomi dan finansial di USA telah merambat ke negara-negara di Asia dan Eropa. Banyak negara yang memberikan suntikan dana kepada lembaga keuangan supaya tidak tergerus arus krisis Ekonomi yang berasal dari Amerika Serikat.

Mengapa Krisis Ekonomi melanda Amerika Serikat?

Mungkin ini menjadi pertanyaan bagi sebagian besar orang, mengapa negara super power dan terkenal kuat finansialnya bisa mengalami krisis moneter atau ekonomi. Dan kemungkinan berada di ambang kebangkrutan yang akan menyengsarakan rakyatnya dan sebagian besar negara di dunia.

Ada sebuah penjelasan dari Bpk Dahlan Iskan, pada Jawa Pos tanggal 28 september 2008 yang isinya hampir sehalaman penuh. Saya berusaha untuk meringkas penjelasan tersebut untuk mendapatkan analisis beliau tentang mengapa krisis ekonomi bisa melanda negara sekelas Amerika Serikat. Berikut rangkumannya.

Sebuah perusahaan yang go public dituntut untuk meningkatkan laba hingga 20 persen tiap tahunnya. Tentang bagaimana caranya, CEO dan direktur yang akan mengaturnya. Pemilik perusahaan atau pemegang saham tidak mau tau yang penting harga saham naik dan laba terus meningkat.

Mengapa harga saham harus selalu naik, alasannya adalah jika saham dijual maka harga saham harus lebih tinggi dari harga saham saat membeli. Dan mengapa laba harus naik? alasannya jika saham tidak dijual maka setiap tahunnya mereka bisa mendapat pembagian laba atau deviden yang bertambah banyak.

Sehingga CEO selalu mencari cara untuk melakukan 2 hal di atas tadi. Alasannya agar tetap dapat mempertahankan jabatan dan gaji dan bonus yang selalu meningkat. CEO perusahaan besar di AS bisa 100 kali gaji Presiden Bush. Sehingga antara pemegang saham dan CEO menemukan sumbu temu untuk mendapatkan 2 hal di atas.

Berbagai cara dilakukan hingga melibatkan pelaku politik, banyak kebijakan yang memungkinkan perubahaan aturan dan undang-undang untuk memungkinkan segala cara para CEO tersebut. Bagi pelaku politik keuntungannya adalah mendapatkan dana kampanye dan dukungan.

Dengan cara ini ekonomi AS berkembang pesat, semua orang mampu membeli kebutuhan hidup. Sehingga AS memerlukan banyak barang. Jika tidak bisa dibuat di dalam negeri maka pesan dari negara lain. Maka tak heran China memiliki cadangan devisa terbesar yaitu 2 triliun USD karena memasok banyak barang ke AS.

Sudah 60 tahun AS membesarkan perusahaan seperti itu, yang merupakan bagian dari ekonomi kapitalis sehingga AS menjadi penguasa dunia. Tapi itu belum cukup, segala hal harus yang terbaik, terkomputerisasi, bonus yang sudah besar harus dibuat lebih besar lagi. Disinilah ketamakan AS terlihat.

Ketika semua orang sudah membeli rumah, seharusnya tidak ada lagi perusahaan penjual rumah bukan. Namun kenyataannya perusahaan harus meningkatkan penjualan untuk mendapatkan pertumbuhan laba. Maka dicarilah jalan agar rumah terjual lebih banyak. Jika orang sudah memiliki rumah maka diciptakan agar kucing dan anjing juga memiliki rumah. Termasuk mobil.

Namun ketika kucing dan anjing sudah memiliki rumah, siapa lagi yang harus membeli? Maka di tahun 1980, Pemerintah AS mengeluarkan keputusan ‘Deregulasi Kontrol Moneter’, intinya dalam kredit rumah, perusahaan real estate diperbolehkan menggunakan variable bunga. Artinya boleh mengenakan bunga tambahan dari bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini merupakan peluang besar bagi perusahaan real estate, broker, asuransi dan keuangan.

History Krisis Mortgage di AS

Tahun 1925, AS memiliki UU Mortgage Tentang KPR, yaitu setiap orang yang memenuhi syarat berhak mengajukan dan mendapatkan kredit rumah. Jika penghasilan setahun 100 juta maka ia berhak mengambil kredit mortgage 250 juta. Karena cicilan jangka panjang maka terasa ringan.

Tahun 1980, Keluar kebijakan untuk menaikan bunga. bisnis perumahan ada peluang, bank bisa mendapatkan bunga tambahan dan broker dan bisnis terkait bisa berusaha kembali.

Namun karena semua sudah punya rumah, maka Tahun 1986 pemerintah AS menetapkan reformasi pajak. Salah satu isinya, pembeli rumah diberi keringanan pajak. Bagi warga di negara maju, keringanan pajak akan mendapat sambutan luar biasa karena nilai pajak yang tinggi.

Tahun 1990, dengan fasilitas pajak bisnis rumah meningkat hingga 12 tahun ke depannya. Dari mortgage 150milyar USD dalam setahun menjadi 2 kali lipat di tahun-tahun berikutnya.

Tahun 2004, mortgage mencapai 700 milyar USD per tahun. Gairah bisnis rumah yang terus meningkat ini membuat para pelaku bisnis menghalalkan segala cara. Mulai dari iklan yang jor-joran, keluarnya lembaga investment bank, hingga melunaknya persyaratan KPR. Dalam pikiran pengembang, jika orang tidak bisa membayar kredit atau kredit macet, toh rumah masih bisa dijual karena perhitungannya tiap tahun harga rumah meningkat. Jadi mereka masih untung ketika terjadi kredit macet.

Namun ternyata dalam jangka kurang dari 10 tahun, banyak kredit Macet. Banyak orang menjual rumah, harga menjadi turun sehingga nilai jaminan rumah tidak cocok lagi dengan nilai pinjaman. Satu per satu lembaga investment banking bergururan seperti efek domino.

Berapa juta rumah yang termasuk mortgage? tidak ada data namun dari nilai uangnya sekitar 5 triliun USD. Jadi kalo George Bush meminta bantuan dana 700 milyar USD itu baru sebagian kecil. Kongres kawatir apakah harus menambah 700 milyar USD lagi jika yang pertama tidak berhasil.

Penutup artikel krisis ekonomi di Amerika Serikat

Kabar terakhir menyebutkan Kongres AS kemungkinan besar menyetujui rencana bailout ini. Walau masih belum terlihat dampaknya, namun mudah-mudahan dunia tidak terpuruk dalam krisis ekonomi berkepanjangan.

Penting bagi pemerintah Indonesia untuk memberikan informasi sebanyak mungkin untuk mencegah terjadinya rush besar-besaran terhadap bank-bank di Indonesia. Tentunya Krisis Ekonomi yang terjadi tahun 1997 tidak ingin kita ulangi lagi bukan.

Update : rencana bailout ditolak oleh kongres AS. namun setelah melakukan pendekatan dan revisi draft bailout, senat as menyetujui bailout tersebut. kemudian DPR AS pun menyetujui dengan ditandatanganinya UU Bailout oleh presiden Bush.

Oleh: maulanafahmy | Oktober 15, 2008

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!

Kategori